Belajar dari Penjual Koran (1)
01 August 2008 | Topik: Metamorfosa
Sang penjual koran yang selalu rajin mengantarkan koran ke rumah saya. Lebih dari sepuluh tahun, saya setia menjadi pelanggannya. Kulitnya berwarna hitam kelam tersengat cahaya matahari setiap hari yang ditutupi dengan pakaian kebesaran jaket hitam lusuh dan topi untuk mengurangi sengatan matahari. Parfumnya tetesan keringat yang menempel pada wajahnya bagaikan orang yang baru saja menangis sejadi-jadinya. Tangan kanannya dihiasi oleh tanda dari Tuhan, yaitu tidak mempunyai jari. Wajahnya yang menjelang tua yang dihiasi beberapa helai uban, tetapi tetap memancarkan senyum yang bercahaya, bersemangat yang memperlihatkan dirinya seorang pekerja keras dan petarung yang pantang putus asa. Inilah pelajaran pertama yang kita peroleh dari seorang penjual koran.
Sebaliknya kita yang kulit kita seakan tak pernah bersentuhan dengan cahaya matahari, karena tertutup mobil yang mewah dan terlindung dari pakaian yang berharga mahal. Parfum dari Perancis yang mahal, dicuci bau harumnya masih kentara. Meskipun demikian kadangkala kita menebarkan senyum yang kecut dan merendahkan orang lain serta kadangkala menjadi seorang petarung yang mudah menyerah dan mudah putus asa dengan masalah yang sepele. Bekerja dengan penuh tekanan dan kurang bersyukur dari nikmat Tuhan yang sangat melimpah.
Saya teringat sebuah kisah tentang dua orang yang tangannya dicium oleh Rasulullah Saw. Orang tersebut pasti orang yang luar biasa, karena hanya dua orang saja dari seluruh orang di Semenanjung Arabia. Orang pertama yang tangannya dicium oleh Rasulullah Sawadalah Fatimah yang merupakan putri Rasulullah Saw sendiri.
Hal itu dilakukan karena Rasulullah Saw ingin menunjukkan bahwa wanita itu derajadnya tinggi dan sangat mulia, karena pada waktu itu wanita seakan-akan tidak berharga dan para bapak malu mempunyai anak wanita dan kadangkala anak tersebut dibunuhnya, sangat menyedihkan. Orang kedua adalah seorang berkulit hitam kelam dengan tangan yang melepuh. Rasulullah Saw bertanya, “Kenapa tanganmu melepuh seperti itu”. Jawab sahabat tersebut “Ya Rasulullah tanganku ini aku gunakan untuk membelah batu dengan kapakku agar aku bisa menghidupi keluargaku”. “Coba ulurkan tanganmu!” Rasulullah Saw memin- ta mengulurkan tangannya dan kemudi- an Rasulullah Saw menangkap tangan yang kotor dan melepuh tersebut dan menciumnya seakan beliau bersabda ini ada- lah tangan yang dicintai Allah yang tidak lain adalah tangan dari seorang pekerja keras. q - c
*) M Suyanto, Ketua STMIK Amikom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar